Klinik kami operasional dengan prokes COVID-19. Lokasi >

Inilah Sejarah Yang Hilang Tentang Tabir Surya

12 September 2015
Part 1. “Pada awalnya terdapatlah Cahaya”
Matahari telah menjadi bagian penting bagi kehidupan mahluk hidup di permukaan bumi. Selain menghasilkan cahaya, menghangatkan suhu udara, matahari juga menghasilkan energi yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesa. Kehidupan mustahil terjadi tanpa adanya cahaya matahari. Bukti-bukti yang diperoleh dari penemuan fosil mengarahkan pada kesimpulan bahwa kehidupan mula mula berlangsung didalam lautan dan kehidupan di darat mulai terbentuk setelah terbentuknya lapisan ozon yang menyeliputi lapisan atmosfer bumi. Ketika baru terbentuk, bumi hanya memiliki sedikit oksigen dan belum dilapisi ozon.
Pada saat itu, kehidupan di daratan bumi tidak mungkin terjadi oleh karena adanya sinar Ultraviolet C yang memiliki efek merusak bagi mahluk hidup. Cahaya Matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesa dan produksi oksigen hanya dapat menembus air hingga pada kedalaman tertentu saja. Pada saat itu kehidupan hanya mungkin terjadi didalam air. Fotosintesa tanaman yang terus berlangsung pada akhirnya meningkatkan kadar oksigen pada permukaan bumi. Dengan menggunakan serpihan mineral dari besi, silika, atau tanah liat yang pada saat itu berfungsi sebagai tabir surya primitive, kehidupan pada permukaan bumi mulai terbentuk pada perairan yang lebih dangkal hingga pada akhirnya berlanjut diluar permukaan air/daratan. Oleh karena itu, sejak awal kemunculannya, kehidupan pada permukaan bumi selalu diikuti dengan upaya-upaya perlindungan terhadap sinar matahari.
Hidup menjadi memungkinkan karena alam menyediakan sistem perlindungan tambahan yang luar biasa. Radiasi sinar matahari gelombang pendek (sinar Ultraviolet C) yang paling merusak terhalang untuk mencapai permukaan bumi melalui perisai pelindung, berupa gas yang menyelubungi bumi. Bagian terluar perisai ini adalah ionosphere, yang berfungsi memantulkan kembali sinar X ke ruang hampa udara diluar bumi. Dan bagian terdalamnya merupakan lapisan ozon, yang menyerap sinar Ultraviolet bergelombang pendek (UVC). Sebagai tambahan, sebagian besar radiasi sinar infra merah yang dipancarkan oleh Matahari diserap oleh uap air yang berada di atmosphere.
Part 2. “Awal Peradaban”
Berdasarkan sejarah peradaban manusia, terbit dan terbenamnya matahari merupakan salah satu fenomena yang pertama kali disadari sekaligus dipuja oleh manusia. Terbitnya matahari memberikan cahaya pada kehidupan dan diartikan dengan sesuatu yang baik, cerah, serta hangat. Terbenamnya matahari merupakan awal kegelapan sehingga sering dihubungkan dengan sesuatu yang buruk, jahat, serta kematian.
Legenda yang menceritakan tentang matahari terdapat pada hampir semua kebudayaan manusia. Dewa Matahari masyarakat Yunani kuno, Helios mengendarai kereta emas menuju Surga. Menurut beberapa ahli sejarah, salib menyimbolkan Matahari dan pancaran sinarnya. Lingkaran yang terdapat ditengah tengah salib masyarakat Celtic juga menyimbolkan matahari. Dewa Matahari masyarakat Jepang, Amaterasu, bahkan dianggap sebagai leluhur dari keluarga kerajaan Jepang. Sulit untuk membayangkan bahwa manusia akan melindungi dirinya sendiri dari sesuatu yang mereka puja. Pada awalnya kulit yang mengalami kemerahan dan terasa perih setelah terpapar dengan sinar matahari dipercayai terjadi akibat panas yang dihasilkan oleh sinar Matahari, dan hal ini dapat dihindari dengan cara berteduh. Bagaimanapun, seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, penyembahan terhadap Matahari semakin berkurang. Alih-alih menyembah matahari, manusia mulai mengetahui, mempelajari serta menganalisa hal hal yang berkaitan dengan radiasi sinar matahari.
Ditemukannya sinar Ultraviolet oleh German Ritter pada tahun 1801 tidak lepas dari hasil percobaan sebelumnya oleh Scheele dari Swedia yang dipublikasikan pada tahun 1777. Scheele menunjukkan bahwa kertas yang dicelupkan kedalam larutan perak klorida menjadi berwarna hitam setelah terpapar dengan sinar matahari dan kehitaman yang ditimbulkan menjadi lebih nyata bila dipaparkan dengan sinar biru dibandingkan sinar merah, dan dilanjutkan dengan ditemukannya spektrum sinar Ultraviolet, yang saat itu ia namakan “infraviolet”.
Walaupun penemuan sinar Ultraviolet merupakan tonggak sejarah penting dalam evolusi usaha manusia untuk melindungi dirinya dari sinar Matahari, diperlukan bertahun-tahun sebelum berbagai aspek mengenai sinar Ultraviolet menjadi jelas. Hal ini terutama disebabkan karena kepercayaan masyarakat umum bahwa kulit yang terbakar setelah terpapar matahari terjadi akibat efek panas yang dihasilkan sinar Matahari. Kepercayaan itu berubah pada tahun 1820, ketika seorang peneliti, Home, dari Inggris melakukan percobaan dengan memaparkan salah satu tangannya dengan sinar matahari dan membungkus tangannya lainnya dengan secarik kain berwarna hitam. Ia menemukan bahwa luka bakar pada kulitnya hanya terjadi pada tangan yang terpapar matahari, walaupun thermometer pada tangan yang dibungkus kain menunjukkan suhu yang lebih tinggi. Penelitian ini dilanjutkan oleh Widmark di Swedia pada tahun 1889 yang menemukan bahwa radiasi Ultraviolet mengakibatkan kemerahan pada kulit. Setelah penelitian yang dilakukan oleh Home dan Wilmark, diperlukan beberapa saat sebelum diketahui secara luas bahwa sinar Ultravioletlah yang mengakibatkan kemerahan dan nyeri pada kulit yang terpapar sinar matahari.
Pada Perang Dunia I, Hausser dan Vahle dari German membuat penelitian yang merinci berbagai aksi spektrum cahaya terhadap timbulnya kemerahan dan pigmentasi (kecoklatan) pada kulit manusia. Mereka menemukan bahwa timbulnya kemerahan dan pigmentasi pada kulit yang terpapar sinar matahari terutama disebabkan oleh sinar Ultraviolet berpanjang gelombang dibawah 320 nm. Pada tahun 1932, Kongres Internasional Cahaya Kedua yang bertempat di Copenhagen, Denmark, mengusulkan untuk membagi spektrum cahaya Ultraviolet menjadi tiga spektrum: UVA (320-400 nm), UVB (290-320 nm), dan UVC (<290 nm).
Part 3. “ Penemuan Tabir Surya dan SPF “
Berbagai usaha manusia untuk melindungi kulitnya dari sinar matahari telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dilakukan dengan beragam cara seperti menggunakan pakaian tertutup, cadar, topi, turban, payung, menghindari paparan sinar matahari langsung dengan cara berteduh serta menggunakan berbagai bedak. Pada zaman Mesir kuno, minyak zaitun digunakan sebagai tabir surya. Tabir surya yang pertama kali digunakan secara luas adalah Red Vet Pet, kepanjangan dari red veterinary petrolatum, yang diproduksi pada tahun 1944 oleh Greene di Amerika Serikat. Pada Perang Dunia II, terdapat kebutuhan akan tabir surya berkualitas bagi para prajurit yang bertempur di daerah tropis. Saat itu, Red veterinary petrolatum menjadi tabir surya yang paling praktis dan efektif sehingga dimasukkan kedalam perlengkapan standart peperangan. Dikala itu red vet pet merupakan tabir surya fisik dengan efektivitas yang terbatas. Walaupun demikian, red vet pet memiliki kelemahan berupa tampilannya yang berwarna merah, lengket, selain juga perlu digunakan dengan cukup tebal agar dapat berfungsi secara efektif.
Setelah masa perang, terjadi perubahan gaya hidup di berbagai Negara. Banyak majalah-majalah wanita di Amerka menampilkan gaya hidup baru, yaitu tren mendapatkan warna kulit yang berwarna coklat keemasan dengan berjemur dibawah sinar matahari. Hal ini memunculkan kebutuhan akan tabir surya berkualitas dengan kualitas perlindungan yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Hal ini diiringi dengan munculnya kebutuhan untuk mencari metode pengujian yang lebih baik untuk menyeragamkan kekuatan perlindungan tabir surya. Pada tahun 1956 Schulze di German merancang metode pengujian daya perlindungan tabir surya yang tersedia secara komersil dengan memberikannya label Protection Factor.
Protection Factor diperoleh dengan cara mebandingkan lama paparan matahari yang dibutuhkan untuk menghasilkan kemerahan pada kulit yang menggunakan tabir surya dibandingkan dengan lama paparan matahari yang dibutuhkan untuk menghasilkan kemerahan pada kulit yang tidak menggunakan tabir surya.
Pada tahun 1974, metode ini kemudian disempurnakan oleh Greiter dari Austria, yang mempopulerkan konsep Sun Protection Factor (SPF). Pada tahun 1978, metode ini diadopsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan di Amerika Serikat sebelum pada akhirnya diakui secara internasional sebagai ukuran kekuatan perlindungan tabir surya terhadap kulit.

Artikel Terkait

Cara menghilangkan milia dengan cara gampang!

Milia dapat diobati di rumah ataupun klinik, tetapi tetap harus hati-hati untuk mengekstraksi milia dengan benar. Dengan tips kami, inilah cara menghilangkan milia dengan cara gampang!

10 April 2023

Apa arti skin barrier dan bagaimana cara menjaganya?

Kalau kulitmu sering bruntusan, kering, gatal, inflamasi, atau merah-merah berkepanjangan, banyak yang bilang bahwa skin barrier-mu tipis atau rusak. Tapi apa sih skin barrier itu sebenarnya? Yuk cari tahu! Skin barrier adalah lapisan luar kulit yang bekerja sebagai pelindung agar faktor eksternal seperti toxin dan kotoran tidak memasuki kulit. Skin barrier pun bertugas untuk menjaga agar kulit kita tetap terhidrasi dengan cara memerangkap kandungan air yang ada di kulit. Maka dari itu, jika skin barrier kita rusak atau menipis, kulit kita bisa jadi sensitif dan lebih rentan iritasi ataupun jerawat. Nah, kalau sekarang kamu sudah mengerti akan pentingnya skin barrier, ikuti tips berikut untuk menjaganya agar kulitmu selalu terlindung dan sehat!

12 July 2022

Arti kata SPF dan 5 alasan mengapa sunscreen penting untuk kulitmu

Apakah kamu sering melihat istilah SPF dalam sunscreen ataupun dalam produk kosmetik lainnya? Cari tahu arti kata SPF dan fungsinya yuk!

21 April 2022

Apakah Kulit Gelap Masih Membutuhkan Tabir Surya?

Warna kulit seseorang (putih- kuning gading – sawo matang – coklat gelap hingga hitam) dipengaruhi oleh tingkat kepadatan melanin dalam kulit dan sifat ini diturunkan secara genetic dari kedua orangtua. Semakin “padat” granul melanin di dalam kulit, maka semakin gelap pula warna kulit yang dimiliki seseorang. Tidak jarang kita menemukan teman yang beranggapan bahwa dirinya […]

5 December 2017